Secarageografis, Sumatra Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi di utara, provinsi Kepulauan Bangka-Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan dan Provinsi Bengkulu di barat. Berikut ini kami sajikan beberapa Permainan Tradisional Sumatera Selatan (Sumsel) berikut cara bermain, alat yang digunakan, dan tempat bermainnya. DiIndonesia ada banyak sekali permainan tradisional yang berbeda di setiap daerah. Kali ini, kita cari tahu permainan tradisional dari Sulawesi Utara, yuk! Coba temukan permainan yang sama seperti di daerah tempat tinggalmu, ya! Cenge-cenge. Cenge-cenge adalah permainan populer yang banyak dimainkan anak-anak di berbagai wilayah di Indonesia. PermainanTradisional Gasing Sumatera Utara Madaniah adalah pabrik produsen pembuatan alat peraga edukasi (APE) mainan anak indoor yang berkualitas bagus dengan harga murah. Kami menyediakan dan menjual alat peraga edukatif ber-SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK) . LumpekTali. Main Gundu. Ba'adu Buah Para. Engklek. Kelereng. Permainan Tradisional Sumatera Barat Lainnya. Ada banyak sekali Permainan Tradisional Sumatera Barat yang sejak dahulu kala hingga kini masih terus dimainkan, baik oleh anak-anak, remaja hingga orang dewasa ketika menghibur anak-anak mereka. PermainanTradisional Dakon Atau Congklak Sumatera Utara Madaniah adalah pabrik produsen pembuatan alat peraga edukasi (APE) mainan anak indoor yang berkualitas bagus dengan harga murah. Kami menyediakan dan menjual alat peraga edukatif ber-SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK) . Asahan Sumatra Utara - Sejumlah pelajar tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama se-Kabupaten Asahan, Sumatra Utara, mengikuti lomba permainan tradisional di lapangan Hokky, pada Rabu (20/3/2019). Dalam memperingati Hari Jadi Kota Asahan ke-73, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Asahan menggelar . - Tradisi lompat batu disebut hombo atau fahombo dilakukan suku Nias, Provinsi Sumatera Utara. Tradisi ini hanya dilakukan oleh laki-laki. Tradisi ini bisa ditemukan Desa Bawomataluo. Desa adat di Kabupaten Nias Selatan yang kental dengan Tradisi Lompat dalam bahasa Nias berarti bukit matahari. Penamaan desa tersebut sesuai dengan nama letaknya yang berada di atas bukit dengan ketinggian 324 meter di atas permukaan laut. Desa ini telah dibangun berabad-abad yang lalu. Tradisi Lompat Batu biasanya dilakukan para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu setinggi 2 meter untuk menunjukkan bahwa mereka pantas dianggap dewasa secara fisik. Selain ditampilkan secara adat, tradisi lompat batu juga menjadi pertunjukkan menarik, khususnya bagi para wisatawan yang datang ke sana. Baca juga Tradisi Lompat Batu Bawomataluo, Persiapan sebelum PerangKabupaten Nias Selatan mempunyai luass wilayah km2. Wilayahnya berada di bagian barat pulau Sumatera dengan jarak kurang lebih 92 mil dari Kota Sibolga atau Kabupaten Tapanuli Tengah. Ibu kota Nias Selatan adalah Teluk Dalam yang berkedudukan di pulau Nias. Sejarah Tradisi Lompat Batu Tradisi Lompat Batu telah berlangsung berabad-abad yang lalu. Tradisi dilestarikan bersama budaya megalitikum di pulau seluas km2 yang berpenduduk jiwa dan di kelilingi Samudera Hindia. Tradisi Fahombo diwariskan secara turun-temurun pada anak laki-laki. Namun, tidak semua anak laki-laki sanggup melakukan tradisi ini, meskipun mereka telah dilatih sejak kecil. Masyarakat Nias percaya bahwa selain latihan ada unsur magis dari roh leluhur untuk seseorang yang berhasil melompati batu dengan sempurna. Baca juga Menjelajah Situs Megalitik di Nias yang Berusia Ribuan Tahun Permainan Tradisional dari Sumatera Utara Singkat Sumatera Utara[sunting] Sumatera Utara dengan ibukota Medan merupakan kota kedua terbesar di Sumatera Utara. Memiliki berbagai suku beragam mulai dari suku Batak, Nias, Melayu dan berbagai suku lainnya dari daerah yang bersebelahan seperti Sumatera Barat, Aceh, Riau dan daerah lainnya. Disamping adat, kebiasaan, tradisi yang beragam, di Sumatera Utara kita juga bisa temukan berbagai permainan tradisional yang menyebar di berbagai lokasi mulai dari Samosir, Karo, Tapanuli Selatan, Melayu, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Anak-anak masih memainkan berbagai permainanan tradisional yang menjadi warisan nenek moyang yang sangat memiliki nilai dan manfaat yang cukup besar. Permainan tradisional mendukung kearifan lokal serta menciptakan generasi yang sehat, ceria dan bahagia Tulisan ini membahas berbagai permainan tradisional yang ada di berbagai daerah yang ada di SUmatera Utara. Mulai dari jenisnya, prinsip, nilai filosofis dan manfaatnya. Kemudian di akhir tulisan juga mengupas beberapa penutup dan kesimpulan tentang permainan tradisional yang ada di daerah ini. Permainan Tradisional[sunting] Tradisional Pecah Piring[sunting] Permainan ini merupakan permainan yang paling banyak dimainkan oleh anak-anak yang ada di daerah ini. Kondisi lahan terbatas di perumahan tidak menjadi penghalang anak-anak untuk memainkan permainan pecah piring. Pemain terdiri dari 4-6 orang Bahan permainan Bola kecil bisa terbuat dari plastik/bola kasti, atau bola dibuat dari kertas yang digulung-gulung; pecahan-pecahan batu kecil/pecahan batu marmer/pecahan batu keramik Proses Permainan 1. Pecahan batu disusun di suatu tempat 2. Pemain dibagi menjadi dua kelompok 3. Dilakukan pengundian siapa kelompok yang duluan bermain 4. Kelompok yang menang mulai bermain,yang kalah berjaga 5. Salah satu anggota kelompok yang menang melempar bola ke arah susunan batu 6. Jika batu sudah rubuh dan berserak maka kelompok penjaga berusaha menghalangi kelompok yang main untuk menyusun batu dengan cara melempar bola ke arah anggota lawan yang mulai menyusun batu 7. Kelompok pemain berusaha menyusun batu seraya menghindari badan terkena lemparan bola 8. Permainan dianggap menang jika batu bisa disusun 9. Permainan akan berganti , jika salah satu kelompok yang dilempar terkena badannya Manfaat 1. Permainan ini sangat bermanfaat untuk melatih jiwa sportifitas. Latihan untuk berjiwa sportif akan semakin kuat, karena jika tidak konsisten, peserta bisa berbuat curang. Karena dinamika permainan sangat tinggi maka peluang untuk melakukan curang sangat tinggi. 2. Peserta harus memiliki stamina yang kuat sehingga melatih peserta lebih kuat karena permainan lebih banyak berlari, menghindari bola, melempar bola, dan jongkok kerjasama tim, karena tim harus bekerjasama dalam menyusun kembali batu-batu yang berserakan. Dan juga melindungi sesama tim dengan menyundul bola yang hendak dilempar ke salah satu teman yang jadi sasaran lawan. 2. Permainan Tradisional Marsitengka[sunting] Permainan ini terkadang di daerah lain disebut engklek. Bahan dan perlengkapan Gambar permainan di tanah dengan membuat garis atau di lantai dengan menggunakan kapur. Biasanya dua model gambar yaitu gambar perempuan atau tipe laki-laki; gacok terbuat dari pecahan batu pipih, pecahan keramik, ukuran kecil yang muat di telapak tangan atau punggung kaki. Peserta Minimal 2 orang, tapi sebaiknya tidak lebih 4 orang karena permainan dilakukan secara individu Proses Setelah melakukan proses penentuan siapa paling dulu bermain lewat hom pim pa atau gunting batu kertas. Peserta yang menang akan bermain terlebih dahulu Langkah-Langkah Permainan I 1. Taruh batu gacok di gambar awal biasanya bagian kaki dulu, jangan sampai keluar garis. 2. Langkahkan kaki dengan hanya satu kaki mulai dari bawah kaki, tengah badan, lebih atas leher dan paling atas kepala 3. Kembali ke posisi semula, seraya mengambil gacok dengan tangan 4. Lanjutkan proses atau tahapan 1-3, ke arah atas tengah badan, lebih ke atas dan terakhir ke bagian kepala 5. Letakkan gacok di atas punggung tangan, versi lain bisa sambil dibolak balik 6. Langkahi semua bagian gambar, mulai dari bawah sampai atas 7. Kembali lagi ke posisi awal, belakangi gambar, kemudian lempar gacok melalui atas kepala , ke arah belakang ke gambar . 8. Dimana gacok berhenti, itu menjadi ruang miliki kita, biasanya diarsir sebagai tanda bahwa bagian itu sudah miliki dan Larangan Jika anggota badan menyentuh garis, maka dianggap pelanggaran, permainan bisa dialihkan ke peserta lain. Jika gacok keluar dari garis maka permainan dialihkan pada orang lain Tradisional Galasin Perlengkapan dan Bahan Membuat kotak-kotak berupa garis melintang dan membujur. Bisa 4 kotak atau lebih, tinggal menarik garis Peserta Minimal 4 orang dibagi menjadi 2 kelompok Tahapan 1. Membagi kelompok menjadi 2 dua grup dengan kepesertaan seimbang 2. Menyepakati aturan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama proses bermain 3. Menyepakati waktu bermain, walau tidak ketat, biasanya anak-anak yang memainkan permainan tradisional sudah secara alami menyepakati berapa waktu permainan. Biasanya 1 -1,5 jam 4. Memastikan punishment hukuman atau reward hadiah yang akan didapatkan bagi kelompok yang menang atau yang kalah. Saat anak-anak bermain sangat banyak sekali jenis punishment atau reward ini, antara lain a. Yang menang digendong b. Yang kalah disuruh push up sampai belasan kali c. Disuruh nyanyi bagi yang kalah Proses Permainan Kelompok yang bermain berusaha berlari ke garis terakhir dengan mencoba menghindari terkena tangan lawan maka proses permainan berganti. Setiap orang harus melewati semua kotak yang ada. Dimulai dari kotak pertama sampai kotak terakhir. Kelompok dikatakan menang jika semua peserta lolos melewati semua kotak. Permainan galasin membutuhkan kekuatan dan tenaga yang lumayan besar karena energi berlari, menghindar cukup tinggi. Peserta juga harus awas dan gesit agar tidak tersentuh lawan main. Permainan ini tidak terlalu membutuhkan banyak alat dan bahan. Hanya memerlukan halaman yang luas. Karena akan ada petak-petak minimal 4 buah yang harus dilewati selama permainan berlangsung. Permainan akan sangat seru dan aktif dimana pergerakan hampir di seluruh tubuh peserta. Disamping itu, permainan ini juga membutuhkan kecermatan tinggi, karena saat kita memasuki petak-petak permainan, kaki kita tidak boleh tersentuh atau keluar dari garis. Di SUmatera Utara, beberapa daerah menerapkan aturan yang agak berbeda. Misalnya jumlah kotak, tetapi secara umum jenis, aturan, jumlah peserta dan penentuan menang dan kalah hampir sama. 4. Permainan Tradisional Lempar Sandal Sumber Foto Pribadi Salah satu permainan yang masih banyak ditemukan saat ini yaitu permainan lempar sandal. Permainan ini banyak ditemukan di daerah pinggiran Kota Medan, ibukota Sumatera Utara. Merupakan metamorfosa permainan pecah piring. Sehingga kepesertaan, aturan, proses dan penetuan kalah menang hampir 99 persen menyerupai pada permainan pecah piring. Hanya bedanya adalah perlengkapan permainan adalah sandal. Sementara pecah piring adalah serpihan marmer, ubin atau sejenisnya. Sandal-sandal peserta biasanya disusun sampai tinggi. Sandal yang lain digunakan untuk memecah susunan sandal. Jika tim I adalah yang kalah maka semua anggota akan mencoba melempar sandal ke setiap tubuh peserta. Setiap peserta yang mencoba kembali menyusun sandal yang terserak akan diancam dengan lemparan sandal. Dan lawan harus menghindar. Jika kena maka tim berubah posisi. Gantian tim yang menjaga menjadi pemain. Sama dengan tahapan permainan lain, maka permainan ini harus memiliki beberapa unsur a. Dimainkan oleh 2 dua grup bisa gabung antara laki-laki dan perempuan, atau bisa dipisahk berdasarkan laki-laki atau perempuan b. Bahannya adalah sandal para pemain yang dikumpul menjadi satu. Sehingga permainan ini sangat mudah dilakukan. Tidak perlu mencari bahan lain c. Dibandingkan permainan lain, saat terkena badan tergantung sandal yang dilempar. Jika sandal ringan terbuat plastik tidak terlalu sakit. Tapi bila sandalnya berat maka jika terkena badan akan terasa sakit. Biasanya peserta memilih sandal yang ringan d. Permainan akan dipenuhi sorak-sorai, tertawa, berterian, berlari dan berbagai tingkah yang umumnya ceria dan gembira. Sehingga sangat bermanfaat bagi semua pemain Pemain yang dinyatakan menang adalah apabila tim berhasil menyusun kembali susunan sandal sebagaimana semula. Permainan bergantian jika ada salah satu peserta badannya kena sandal. 3. Prinsip, Nilai dan Manfaat Permainan Tradisional[sunting] Permainan tradisional memiliki prinsip dan nilai yang sangat positip bagi perkembangan seorang anak. Hampir semua permainan tradisional mengajarkan dan menanamkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan yang sangat membantu menumbuhkan seorang anak menjadi anak yang tangguh di tengah masyarakat. Beberapa prinsip dan nilai dalam permainan tradisional antara lain 1. Kebersamaan Semua jenis permainan tradisional dilakukan oleh lebih dari 1 berkelompok tanpa membedakan jenis kelamin, ras , suku dan agama. Di saat jaman sekarang yang sangat individualis, permainan tradisional mengajarkan semua dilakukan berkelompok. 2. Kompetisi Yang Sehat Permainan tradisional mengutamakan kompetisi yang sehat. Segala kecurangan sangat ditentang. Berbagai aturan diterapkan dan dipatuhi semua orang. Permainan yang selalu berujung kalah dan menang selalu direspon oleh peserta dengan lapang dada. Sportifitas menjadi benteng yang kokoh sehingga ketika sudah tahu ada yang menang dan kalah, tidak diakhiri dengan kebencian tetapi dengan ikhlas dan bertanggungjawab 3. Kekompakan Kompak dan kerjasama yang bagus sangat dibutuhkan dalam permainan tradisional. Permainan seperti galasin, pecah piring, tentu akan menjadi sangat indah dilihat jika semua peserta saling bekerjasama. Tidak dibutuhkan ego perseorangan, karena akan membuat tim kacau. Tidak semua tim memiliki kesempurnaan untuk melakukan berbagai peran, sehingga semua peserta bisa saling melengkapi. Yang kuat lari memberi dukungan bagi yang lemah. Yang ahli lompat akan membantu peserta yang pendek lompatannya. Saling permainan akan maksimal jika pembagian peran dilakukan secara kompak 4. Telaten, Detail dan Harus Sabar Dalam berbagai permainan tradisional seperti congklak, karet, peserta dilatih kesabarannya. Karena ketika tim lawan bermain, maka kita harus sabar menunggu giliran. Saat main conglak misalnya kita juga harus teliti dan detail menghitung batu-batu conglak. Kita juga harus detail melihat mana dan saat kapan kita bisa melakukan boom supaya dapat banyak. 5. Saling Percaya Membangun kepercayaan menjadi titik masuk sehingga seluruh proses permainan akan memberikan kebahagiaan. Karena jika terjadi kecurangan, tanpa ada kepercayaan dan saling curiga maka permainan yang seharusnya menyenangkan menjadi permainan yang membuat suasana hati buruk. Jika tim saling percaya, jika semua peserta membangun kejujuran, maka proses, alur dan hasil permainan akan memuaskan semua pihak. dan Kesimpulan[sunting] Sayangnya ditengah gelombang tehnologi informasi dan perkembangan media sosial saat ini. Dengan berbagai platform, aplikasi dan perusahaan multimedia yang membanjiri dunia maya, permainan tradisional mulai tersingkir. Di beberapa desa atau perkotaan memang satu dua masih ditemukan anak-anak bermain secara tradisional. Tetapi bentuk, ragam dan kekayaan permainan tersebut sudah mulai berkurang. Padahal sebagaimana disebutkan diatas, bahwa banyak nilai dan manfaat yang sangat bagi seiring dengan pertumbuhan anak. Anak lebih bersosialisasi. Anak-anak juga bergerak secara fisik sehingga membantu dalam membentuk tubuh yang lebih sehat. Karena itu beberapa hal yang sangat penting terkait dengan permainan tradisional. 1. Menyebarkan, mengenalkan dan menggali kembali permainan tradisional yang sudah terlupakan dan juga menggali permainan tradisional sesuai lokasi, suku, kebudayaan setempat untuk menjadi sebuah kekayaan bangsa dan negara Indonesia 2. Pemerintah, Swasta dan Masyarakat Sipil harus mendukung berbagai upaya dalam melestarikan permainan tradisional baik dalam peraturan atau kebijakan, program dan juga dibuat kebijakan yang sangat berpotensi mendukung pelestarian dan pembangunan permainan tradisional oleh pemerintah maka pihak swasta dan sipil akan sangat bersemangat melakukan berbagai upaya dalam melestarikan permainan tradisional 3. Perlu dilakukannya berbagai event, perlombaan, ajang kegiatan, pameran, festival permainan tradisional secara rutin dan berkesinambungan sehingga warga kembali mengingat dan berkenan untuk menerapkannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam proses membimbing anak-anak mereka 4. Membangun berbagai komunitas warga yang relevan dengan permainan tradisional untuk semua kalangan sebagai ajang untuk bersosialisasi di tengah individualistik media sosial saat ini dan juga paparan informasi yang jutaan jumlahnya setiap hari di media sosial 5. Mengapresiasi berbagai komunitas, lembaga , perusahaan, badan termasuk WIkibuku yang menyelenggarakan kompetisi untuk menuliskan kembali permainan tradisional yang pernah ada dan sekarang masih ditemukan di Indonesia. Setiap daerah memiliki permainan tradisional yang khas, termasuk Sumatera Utara. Sumatra Utara atau biasa disingkat Sumut merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Utara Pulau Sumatra dan memiliki luas wilayah sebesar km2. Sumatera Utara juga merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Maka tak heran jika provinsi yang satu ini memiliki banyak permainan tradisional yang meski telah memasuki era modern, nyatanya masih banyak anak-anak yang masih memainkan permainan tradisional tersebut. Nah, berikut kami telah merangkum beberapa permainan tradisional khas provinsi Sumatera Utara yang seru untuk kamu. 5 Permainan Tradisional Khas Sumatera Utara 1. Umpyang Permainan tradisional yang satu ini merupakan jenis permainan “Hompimpa Alaium Gambreng” versi masyarakat Tabagsel. Umumnya permainan ini dilakukan sebelum memulai permainan tertentu seperti alomak, sembar, dan lain-lain. Permainan ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan siapa pemain yang berada di posisi pengayak penjaga. Permainan ini dilakukan oleh minimal 3 orang pemain yang dilakukan dengan cara menyatukan salah satu sisi tangan telapak tangan. Peserta yang berbeda sendiri posisi tangannya dari yang lain akan keluar dan mengamankan diri agar tidak dijadikan sebagai penjaga. 2. Batu Marsiada Batu marsiada merupakan permainan tradisional yang bisa kamu temukan di Kabupaten Samosir, Humbang Hasudutan, Tapanuli Utara, dan Butar – Siborongborong. Permainan batu marsiada sendiri merupakan permainan lempar tangkap batu kecil tanpa menyentuh batu lain. Permainan ini bisa dilakuakan oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Saat ingin bermain batu marsida, para personil permainan harus memiliki batu kecil sebagai taruhan dalam permainan tersebut. Saat dimainkan, permainan batu marsiada ini harus memiliki minimal 10 batu kecil per-orang dan dimainkan secara perorangan maupun grub. Di daerah Butar – Siborongborong, permainan batu marsiada ini disebut dengan nama Marengka, yang dimainkan di lantai semen maupun lantai tanah. 3. Marsiayak ulu Salah satu keuntungan menjadi anak alam di kampung adalah tidak perlu les privat hanya untuk bisa berenang. Bagi anak yang tinggal dan besar di kampung, pengalaman tenggelam merupakan guru terbaik melatih renang. Marsiayak ulu sendiri merupakan sebuah permainan yang dilakukan dengan cara menentukan seseorang yang menjadi penjaga dan penjaga tersebut bertugas mengejar para pemain yang berada di dalam air sambil berenang. Permainan akan dimulai ketika para pemain telah berada di dalam air, sementara penjaga masih berada di darat. Apabila penjaga ingin mengejar para pemain yang berada di dalam air, penjaga harus mengatakan “sabur” lalu mulai mengejar dan menyentuh kepala para pemain yang berada di dalam air. 4. Gala hambek Gala hambek merupakan permainan tradisional 3 lawan 3, dengan membuat sebuah garis yang menyerupai kotak di tanah. Permainan gala hambek ini mirip seperti permainan engklek, dilakukan dengan cara lompat-lompat diatas gambar kotak yang telah digambar terlebih dahulu sebelum permainan dimulai. 5. Marsimbak Marsimbak atau permainan tradisional yang mirip dengan permainan bola bekel namun versi masyarakat Tabagsel ini menggunakan media batu krikil sebagai alat bermain tanpa menggunakan bola. Permainan ini dilakukan dengan cara melempar satu batu pilihan dan mengambil batu yang lainnya. Permainan di atas tentu akan sangat menyenangkan jika dilakukan beramai-ramai. Selain menghibur, permainan tradisional ini juga bisa melatih kemampuan sosial pada anak. Permainan tradisional Dok. KemdikbudSiapa disini yang suka senyum-senyum ketika menyaksikan anak-anak memainkan permainan tradisional? Melihat anak-anak memainkan permainan tradisional yang zaman dulu sempat kita mainkan membuat kita bernostalgia. Apalagi zaman sekarang sudah jarang sekali terlihat anak-anak yang memainkan permainan tradisional karena pengaruh canggihnya zaman. Zaman dulu itu banyak sekali pilihan permainan tradisional. Di daerah Tapanuli Bagian Selatan Tabagsel, Sumatera Utara misalnya, permainan tradisional yang sering digeluti anak-anak untuk bergembira itu seperti permainan marsembar, maralomak, marsimbak dan lain sebagainya. Untuk membangkitkan rindu kepada masa kecil, mari kita kenali beberapa jenis permainan tradisional masyarakat Tapanuli Bagian Selatan. Berikut 9 permainan tradisional masyarakat Tapanuli Bagian Selatan yang telah berhasil kami ini merupakan jenis permainan "Hompimpa Alaium Gambreng", versi masyarakat Tabagsel. Umumnya proses ini dilakukan sebelum masuk kedalam permainan tertentu seperti permainan alomak, sembar, dan lain-lain. Permainan umpyang dilakukan untuk menentukan siapa pemain yang berada diposisi pangayak penjaga. Proses ini dilakukan minimal 3 orang. Para pemain harus menyatukan tangan dengan telapak mengarah kebawah, lalu meneriakkan “umpyang” secara bersamaan seraya mengayunkan tangan lalu menentukan sisi tangannya telapak atau bagian atas. Peserta yang sisi tangannya "berbeda sendiri dari yang lain" maka ia akan keluar dan mengamankan diri tak dijadikan pangayak penjaga. Apabila permainan telah meninggalkan 2 pemain saja, maka permainan akan ditentukan dengan melakukan masyarakat Indonesia mungkin lebih familiar dengan kata "suit" daripada "bersuten" untuk menyebutkan permainan ini. Didalam KBBI "bersuten" memiliki makna cara mengundi dengan mengadu jari untuk menentukan siapa yang menang bermain dahulu dan sebagainya. Di Tabagsel penyebutan untuk kegiatan ini adalah "suten". Permainan ini dilakukan dengan jari tangan. Tiap jari tangan yang digunakan dalam permainan memiliki statusnya masing-masing, seperti Jari telunjuk sebagai Jolma Manusia, Ibu jari sebagai Gaja Gajah dan Jari kelingking sebagai Porkis Semut. Permainan ini dilakukan oleh dua orang terakhir yang kalah dalam proses umpyang. Suten adalah pertarungan penentuan untuk memperebutkan posisi terakhir dalam permainan agar tidak menjadi pangayak penjaga dalam menentukan siapa yang akan jadi alomak pada dasarnya sama dengan permainan petak umpet. Suatu permainan sejenis cari-sembunyi. Permainan alomak ini dimainkan dengan lebih dari 2 orang dan umummya dilakukan diluar ruangan. Permainan diawali dengan umpyang dan suten untuk menentukan siapa yang jadi pangayak penjaga. Didalam permainan alomak sendiri ada variasi permainan berupa "Roda-roda". Selain itu ada juga kesepakatan antar pemain untuk menentukan predikat "anak bawang" bagi peserta yang usianya masih permainan jenis ini digemari oleh anak laki-laki. Permainan ini menurut kami memiliki banyak variasi Seperti sembar mardongan, sembar suten, sembar patung dan lain-lain. Variasi permainan sembar yang paling sering dimainkan adalah Marsembar mardongan-dongan. Untuk melakukan permainan ini dibutuhkan 2 tim 3 orang per tim. Cara bermainnya satu tim yang menjadi pangayak penjaga dalam permainan bertugas untuk mengejar dan menangkap tim seluruh peserta tim lain. Apabila salah satu peserta tertangkap maka akan ditawan di markas tim pangayak. Peserta yang tertangkap itu bisa dibebaskan dan kembali lari apabila teman setimnya menyentuh tangannya dan berkata "sembar".Serunya menjadi anak alam di huta kampung salah satunya ialah tidak perlu les privat hanya untuk bisa berenang. Guru paling hebat melatih berenang adalah pengalaman tenggelam. Sebenarnya mayoritas orangtua tentu melarang anaknya bermain di sungai. Karunia Tuhan menciptakan bona bulu kampung halaman yang indah dan asri dialiri sungai yang bersih membuat larangan itu sulit dipatuhi. Alhasil, akibat sering melanggar larangan ini, sepulang dari sungai ke dirumah pasti menangis karena dimarahi. Marsiayak ulu merupakan sebuah permainan bagi anak yang mahir berenang. Cara bermainnya, tentukan seseorang yang menjadi pangayak lalu dia yang bertugas mengejarmu di air. Permainan dimulai saat pemain sudah berada di air sementara Pangayak di darat. apabila ia ingin mengejarmu yang telah siap di air, pangayak mengatakan "'sabur" lalu mulai mengejar dan mencoba menyentuh kepalamu. Kamu harus menghindarinya dengan cara berenang jauh ataupun menyelam didalam permainan ini digemari para anak perempuan. Permainan ini bisa dikatakan sebagai permainan bola bekel versi masyarakat Tabagsel. Bedanya permainan Marsimbak menggunakan media batu kerikil sebagai alat bermain tanpa menggunakan bola. Permainan ini membutuhkan skill kelincahan tangan dan konsentrasi yang tinggi. Permainan ini menggunakan satu batu khusus untuk dipegang lalu dilempar ke atas lalu mengambil batu yang lain lalu kemudian menangkap batu yang dilempar keatas. Untuk mempermudah dalam bermain, teknik yang pas dalam pemilihan batu kecil yang akan digunakan sangat mempengaruhi skill dalam laki-laki di daerah Tabagsel tentu sangat akrab dengan permainan yang satu ini. Alat permainan yang dibutuhkan untuk memainkan permainan ini adalah hapea buah dari pohon karet. Hapea siapa yang lebih tahan pecah maka dia yang akan jadi jagoannya. Cara bermainnya dengan mengadu biji karet diatas biji karet yang lain, lalu kemudian di tepuk dengan tangan. Biji karet yang pecah akan kalah. Demi memainkan permainan ini, anak-anak rela loh jauh-jauh manjolung mengambil hapea langsung di perkebunan karet yang lumayan jaraknya lumayan jauh. Dan biasanya para pemain memiliki jenis biji karet jagoannya tradisional berjenis teka-teki dimulai ketika pemain mengucapkan "Kuling-kuling atca", lalu pemain lain akan membalas dengan menyebutkan “atca”. Setelah interaksi tersebut maka pemain pertama bisa mulai mengeluarkan teka-tekinya. Misalnya"Kuling-Kuling atca? Rara satapak! Ahamai?" Kuling-kuling atca, merah setapak? apakah itu?"Urut ni bodat” Bokong monyet.Begitulah salah satu teka-teki dalam permainan kuling-kuling Atca yang sebenarnya lebih mengarah ke teka-teki komedi. Namun inilah salah satu bentuk kekreatifan cara berpikir yang diasah kebudayaan. Tak heran banyak orang di Tabagsel yang malo margiri Pandai bercanda. Permainan ini berlanjut penuh gelak tawa, antar pemain saling bergantian menyampaikan teka-teki yang harus dipecahkan.

permainan tradisional sumatera utara