Contohpengembangan diri penting lainnya adalah Turut serta Dalam Self-talk Positif. Artinya, segala ucakap, pemikiran, aktifitas Anda akan menentukan sehat tidaknya hidup Anda. Cara Anda membicarakan diri Anda, baik secara lisan atau dalam pemikiran Anda, bisa mempengaruhi langkah Anda dalam berpikir, berasa, dan melakukan tindakan.
CARAMENANGANI PERSELISIHAN DALAM HAL-HAL AGAMA. Mohamad Izwan bin Zainal Abidin Pencemaran aqidah semakin dasyat dalam kalangan umat Islam. Hari ini, kita melihat syiah sebaga About Me. About Me. Unknown. Nukilan Diri. Nukilan Diri. 2014 22. June 22. PENGENALAN AKIDAH; SEPUTAR PUASA; Surat Terbuka;
9Cara Meningkatkan Percaya Diri Anak. Cara meningkatkan rasa percaya diri pada anak akan kami sajikan sebagai informasi penting buat para orang tua atau guru yang menghadapi putra-putrinya serta peserta didiknya sudah untuk percaya diri. Kehadiran buah hati pasti menjadi kebahagiaan dan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu dalam sebuah keluarga.
Sembahrasa itu adalah mengalami Rasa Sejati. Rasa sejati adalah apa yang dirasakan diri sejati dan diri sejati yang merupakan wahana Tuhan bersemayam di dalam diri manusia. Maka, pada tingkat makrifat ini, segala perilaku kita akan dituntun oleh Guru Sejati. Hari Ketiga, Sabtu pagi: Saya mengontak Ki Sabda Langit agar bersiap senam pagi
Itulahyang disebut pendidikan sebenarnya dalam Islam. Dan itulah sebenarnya tugas guru sejati. Dari sini kita akan melihat bahwa menjadi guru sejati itu tidaklah semudah menjadi pentransfer ilmu saja. Seorang guru sejati adalah yang fokus kepada tugas pendisiplinan (ta'dib) murid-muridnya. Ia tentu saja tidak disibukkan dengan urusan dunia
MENCARIGURU SEJATI (2) Dengan Guru Sejati, kita mampu membaca secara mendalam dan menyeluruh apa hakikat segala sesuatu termasuk bencana alam. Rasa sejati adalah apa yang dirasakan diri sejati dan diri sejati yang merupakan wahana Tuhan bersemayam di dalam diri manusia. Maka, pada tingkat makrifat ini, segala perilaku kita akan dituntun
.
Dari kapas maka lahirlah benang dan dari benang menjadi kain wujudlah segala pakaian serta corak dan kapas sudah hilang ,yg menjadi sebutan adalah kain. Dimana kapas?Kapas sudah meliputi kain,corak dan warnanya. Jika ingin melihat kapas lihatlah dari alam untuk mengenal jati SEJATI yakni rahasia sejati; meretas ke dalam sukma sejati, atau sukma suci, kira-kira sepadan dengan makna roh kudus ruhul kudus/ruh al quds. Kita mendayagunakan Guru Sejati kita dengan cara mengarahkan kekuatan metafisik sedulur papat dalam lingkup mikrokosmos untuk selalu waspada dan jangan sampai tunduk oleh hawa nafsu. Bersamaan menyatukan kekuatan mikrokosmos dengan kekuatan makrokosmos yakni papat keblat alam semesta yang berupa energi alam dari empat arah mata angin, lantas melebur ke dalam kekuatan pancer yang bersifat transenden Tuhan Yang Mahakuasa. Setiap orang bisa bertemu Guru Sejatinya, dengan syarat kita dapat menguasai hawa nafsu negatif; nafsu lauwamah nafsu serakah; makan, minum, kebutuhan ragawi, amarah nafsu angkara murka, supiyah mengejar kenikmatan duniawi dan mengapai nafsu positif dalam sukma sejati al mutmainah.Sehingga jasad dan nafs/hawa nafsu lah yang harus mengikuti kehendak sukma sejati untuk menyamakan frekuensinya dengan gelombang Yang Maha Suci. Sukma menjadi suci tatkala sukma kita sesuai dengan karakter dan sifat hakekat gelombang Dzat Yang Maha Suci, yang telah meretas ke dalam sifat hakekat Guru Sejati. Yakni sifat-sifat Sang Khaliq yang minimal meliputi 20 sifat. Peleburan ini dalam terminologi Jawa disebut manunggaling Jawa mengajarkan tatacara membangun sukma sejati dengan cara manunggaling kawula Gusti’ atau penyatuan/penyamaan sifat hakikat makhluk dengan Sang Pencipta wahdatul wujud. Sebagaimana makna warangka manjing curiga; manusia masuk kedalam diri “Tuhan”, ibarat Arya Sena masuk kedalam tubuh Dewaruci. Atau sebaliknya, Tuhan menitis ke dalam diri manusia; curigo manjing warongko, laksana Dewa Wishnu menitis ke dalam diri Prabu upaya manunggaling kawula gusti, segenap upaya awal dapat dilakukan seperti melalui ritual mesu budi, maladihening, tarak brata, tapa brata, puja brata, bangun di dalam tidur, sembahyang di dalam bekerja. Tujuannya agar supaya mencapai tataran hakekat yakni dengan meninggalkan nafsul lauwamah, amarah, supiyah, dan menggapai nafsul mutmainah. Kejawen mengajarkan bahwa sepanjang hidup manusia hendaknya laksana berada dalam “bulan suci Ramadhan”. Artinya, semangat dan kegigihan melakukan kebaikan, membelenggu setan hawa nafsu hendaknya dilakukan sepanjang hidupnya, jangan hanya sebulan dalam setahun. Selesai puasa lantas lepas kendali lagi. Pencapaian hidup manusia pada tataran tarekat dan hakikat secara intensif akan mendapat hadiah berupa kesucian ilmu makrifat. Suatu saat nanti, jika Tuhan telah menetapkan kehendakNya, manusia dapat menyelam’ ke dalam tataran tertinggi yakni makna kodratullah. Yakni substansi dari manunggaling kawula gusti sebagai ajaran paling mendasar dalam ilmu Kejawen khususnya dalam anasir ajaran Syeh Siti Jenar. Manunggling Kawula Gusti = bersatunya Dzat Pencipta ke dalam diri mahluk. Pancaran Dzat telah bersemayan menerangi ke dalam Guru Sejati, sukma sejati. Sumber dari FB About roslanTv Tarekat Ut wisi enim ad minim veniam, quis nostrud exerci tation ullamcorper suscipit lobortis nisl ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis autem vel eum iriure dolor in hendrerit in vulputate velit esse molestie consequat, vel illum dolore eu feugiat nulla facilisis at vero eros et accumsan et iusto odio dignissim qui blandit praesent luptatum zzril delenit augue duis.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Selain guru sejati yang ada didalam diri kita, siapapun bisa menjadi guru sejati kita, apabila ada kerendahan hati untuk belajar dan mendapatkan pengajaran... [caption id="attachment_39836" align="alignleft" width="198" caption="diakah guru sejati? wordpress"][/caption]Terinspirasi tulisan Bapak Fatchurrachman di Kompasiana, 'SANG GURU SEJATI' yang ditulis berseri, membuat saya bertanya-tanya, siapakah guru sejati saya selama ini?Kemudian saya tersadarkan, di antara banyak guru _ siapa saja didalamnya _selama ini, yang sungguh-sungguh sejati adalah diri saya sendiri. Di antara sekian tulisan yang ada semuanya mengalir untuk menasehati dan mengajari diri sendiri. Kadang didalam sunyi diriku dan 'diriku' saling berdialog. Karena sesungguhnya diri kita yang satu ini terdapat dua makhluk. Yakni makhluk yang berupa jasmani dan terlihat mata dan makhluk spiritual yang tak terlihat. Jadi didalam tubuh kita yang palsu ada didiami makhluk spiritual yang abadi, yang merupakan diri kita yang sejati, yang hakiki. Dialah sumber ilmu kita yang tertinggi, dan itulah yang seharusnya kita cari dan gali untuk menuntun kehidupan kita. Agama adalah sarana atau jalan bagi kita untuk menemukan dan untuk mengenali diri kita. Karena setelah dengan sungguh-sungguh mengetahui dan mengenal diri kita sendiri , maka pada akhirnya adalah kita dapat mengenal Tuhan kita sebagai Sang selama ini, kita seakan melupakan atau menelantarkan diri kita yang sejati yang setiap hari tak berhenti mengajari? Mungkin karena tidak mengetahui atau tidak mau menyediakan waktu saat guru kita ini mau mengajari . Karena dalam hidup ini, kita terlalu sibuk dengan urusan duniawi dan lebih terpesona dengan hal-hal yang berbentuk , yang sesungguhnya tertarik kepada guru-guru spiritual yang punya kesaktian tinggi atau minimal sudah terkenal. Keinginan duniawi/jasmani lebih besar daripada keinginan spiritual /rohani. Kita lebih tertarik mendandani tubuh kita dengan rapi dan warna - warni daripada mendandani hati lebih mendahulukan memberi wewangian kepada tubuh kita daripada memberikan wewangian pada hati kita. Karena apabila kita lebih membuat wangi hati kita, maka yang terpancar adalah perbuatan baik yang dapat memberikan manfaat, dan aromanya bisa menyebar kemana-mana. Itulah sebabnya kita tertipu dan tidak maju-maju dalam dalam mengenal diri sendiri. Selanjutnya kita lebih mementingkan hidup dengan diri kita yang palsu. Susah payah mencari nafkah demi memberikan makan pada tubuh ini. Akan tetapi makanan bagi rohani terlupakan. Akhirnya kekurangan gizi dan kelaparan. Tapi kita sepertinya santai dan tenang-tenang saja. Seakan tak ada merasakan sedikit keberuntungan, saat mulai mau mendengarkan dan merenungkan pengajaran dari guru sejati didalam diri ini. Yang selama ini, karena begitu lembut dan halus bisikannya seakan tak terdengar. Ditambah lagi akibat kebisingan kehidupan dunia yang penuh ketegangan. Terkadang suara itu datang dan hilang tanpa bisa didengarkan. Syukurlah alunan suara ini tak berhenti untuk hadir memberikan pengajaran dan selalu mau mengingatkan langkah-langkah hidup sudah selesai? Seandainya ketika kita mau untuk sedikit merendahkan hati, banyak sekali guru-guru sejati disekitar yang telah, sedang dan siap memberikan pengajaran kepada kita. Sekali lagi kalau kita ada memiliki kerendahan hati untuk menjadikan siapa saja sebagai guru. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
Oleh Sabihis Al-BashirFounder Great Insani Learning, Kandidat Magister Filsafat UIN guru pernah mengatakan bahwa apapun yang kita letakkan paling utama dalam hidup, itulah yang akan menjadi puncak eksistensi diri kita. Jika kita berpikir bahwa pekerjaan adalah hal yang utama karena ia mendukung kehidupan kita, sesungguhnya itu adalah sebuah jalan pemikiran yang keliru. Yang sebenarnya mendukung kehidupan kita adalah the self, sang diri sejati, yakni Kesadaran-kita. Pekerjaan adalah salah satu channel atau saluran atau ekspresi dari the self. Namun, kita tidak menyadari ini. Kita hanya menganggap bahwa pekerjaan adalah segala-galanya, sementara kita melupakan sesuatu yang lebih besar di dalam diri kita. Itu sebabnya kita tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang berkelanjutan, yang kita dapat setiap hari adalah penderitaan dan kita tahu bahwa Tuhan akan selalu menjaga hidup kita, dan kita hidup berdasarkan kesadaran ini di mana pun kita berada serta pekerjaan apapun yang kita lakukan tanpa ada kekhawatiran dan keraguan, niscaya hidup kita akan terasa damai dan harmoni. Kepanikan dan kekhawatiran adalah sumber segala masalah. Keraguan dan ketidakhadiran iman kepada Tuhan dan menjauhnya kita dari kesadaran adalah inti masalah itu sendiri. Bahkan, kesalahan halus yang sering kita lakukan adalah merasa jauh dan terpisah dari kesadaran Ilahi ini. Oleh karena itu, kita harus meletakkan perhatian dan usaha untuk menemukan kesadaran diri sebagai hal yang paling utama dalam hidup kita hingga akhirnya kita bisa menemukan diri sejati yang di bagaimana dengan liburan dan jalan-jalan, serta pekerjaan harian kita? Sebenarnya kemanapun kita pergi, kita membawa diri kita sendiri. Jika kita adalah orang yang sedang bersedih, kemanapun kita pergi kesedihan itu selalu ikut bersama kita. Demikian juga, kegalauan, kesedihan, kebahagiaan, kesenangan, kegelisahan, keraguan, kekhawatiran, kebingungan, dan harapan tidak berpindah tempat ketika kita pergi, mereka akan selalu ikut kemana saja kita kita berpikir mereka akan menghilang manakala kita ambil liburan dan jalan-jalan. Yes, untuk beberapa hari mungkin mereka akan diam dan tidak mengganggu liburan kita, tapi tidak lama kemudian mereka datang lagi memberi bumbu dalam perjalanan hidup kita. Jika kita sedang tidak merasa harmoni, kita melihat kesalahan di semua tempat dan keadaan. Hotel ini tidak nyaman. Restoran ini kurang bagus, makanannya kurang enak. Orang-orang di sekitar kita tidak menyenangkan dan kita merasa tidak diterima oleh semua orang. Itu semua terjadi di dalam diri kita dan bukan di luar diri kita. Di luar diri kita semuanya harmoni dan tidak gagal dalam ucapan dan perbuatan. Pahamilah ini secara orang yang ingin benar-benar bangun dan terbebas dari penderitaan, dia harus mengutamakan ajaran tentang pencerahan dalam hidupnya. Dia harus punya keinginan yang kuat untuk mendekati Tuhan, tidak hanya sekedar sambil angin lalu. Seringkali terjadi bagi banyak orang, ketika persoalan kehidupan semakin rumit, mereka mulai berpaling dari kesadaran akan Tuhan menuju kesadaran akan materi. Jika ini terjadi, hal itu menunjukan bahwa kita belum punya keinginan yang cukup kuat untuk bangun dan harus sampai pada suatu kesimpulan bahwa kedamaian dan kebahagiaan itu adanya di dalam kita, bukan di luar diri kita. Tapi untuk mencapai itu, sesuatu dalam diri kita haruslah kuat. Jiwa dan ruh kita haruslah kuat, jangan lemah. Kalau jiwa dan ruh kita kuat, kita akan merasakan kebahagiaan dan kedamaian itu mengalir bersama kehidupan kita setiap semua realitas dan kejadian yang kita alami selama ini adalah ekspresi atau proyeksi dari jiwa dan ruh kita sendiri. Oleh karena itu, jika kita mencari kedamaian dan kebahagiaan, ia ada di dalam diri kita. Jika kita ingin merubah suasana di lingkungan sekitar kita, jawabannya juga ada di dalam diri kita. Apapun yang kita butuhkan untuk menikmati hidup ini itu ada juga di dalam diri kita. Kita harus bertanya secara tulus pada diri kita sendiri, apa benar aku ini ingin damai dan bahagia serta tercerahkan?Apabila kita berbuat baik, maka tentu akan menuai hasil perbuatan baik kita. Terkadang kita menghindar dari menjalani kehidupan spiritual karena kita merasa kita sudah bahagia. Sejak kita memiliki hal-hal baik dalam hidup selalu terjadi pada kita, kita lupa bahwa segala sesuatu itu berubah. Keberuntungan kita mungkin akan berakhir hari esok, dan itu bisa saja terjadi. Hari ini kita bahagia dan merasa keberuntungan berpihak pada kita, mungkin saja esok hari atau lain waktu kita menjadi orang yang paling dunia ini adalah gurauan semesta. Ia bermain dengan kita. Ia ingin kita menjadi bergantung kepadanya. Pikiran kita terbentuk dengan sangat kuat untuk meneguhkan betapa terikatnya kita dengan alam material ini. Hanya sedikit orang yang mampu menghindari keterikatan ini. Dalam kitab suci dikatakan, di antara seribu orang manusia hanya satu yang benar-benar mencari Tuhan. Dan di antara seribu orang itu pula hanya satu orang mampu menemukannya. Hal ini bukan karena sulit menemukan Tuhan melainkan karena keterikatan kita yang terlalu kuat dengan kehidupan material dan tidak benar-benar ingin mencari pembebasan tidak mungkin menemukan jati diri atau mendekati Tuhan manakala kita asyik dengan kehidupan material ini. Tapi, bukan berarti kita juga harus menjadi pertapa dan menanggalkan kehidupan duniawi. Hanya yang perlu kita lakukan adalah menetapkan apa tujuan utama dalam hidup kita. Apakah tujuan utama kita itu mencapai kenikmatan, mencapai kekayaan, kekuasaan dan popularitas atau sesuatu yang lebih tinggi dari itu? Diri kita akan lelah jika terus-terusan memperjuangkan hal-hal yang sementara ini, sampai suatu saat kita dibenturkan pada kenyataan terbawah kita yaitu sakit, tua, menderita, dan segalanya hilang terambil dari kita. Maka, katakan, “Tidak!” Sebab itu semua adalah sekunder. Yang primer adalah menemukan diri sejati’ kita, dan fokuslah ke kita percaya bahwa segala sesuatu telah berada dalam takdirnya dan segalanya dicukupi oleh Tuhan, maka itu sangat mungkin terjadi manakali kita bisa menemukan diri sejati’ kita. Bahkan, diri sejati’ itu akan lebih baik melakukan pekerjaannya menjaga dan mencukupi kehidupan kita lebih dari yang kita lakukan. Oleh karena itu, kita tidak perlu terus-menerus memikirkan urusan dunia dan keinginan dari tubuh ini sepanjang waktu, melainkan fokus lebih banyak mencari diri sejati’ kita sebelum habis masa harus mulai mengerti bahwa hanya diri kita yang dapat melarutkan ilusi kehidupan sementara ini dan bangun untuk menemukan kebenaran dari diri sejati’ kita. Cukuplah mulai dengan kesadaran bertanya di mana kita sekarang dan apa yang kita lakukan sepanjang hari. Kita perlu bertanya lebih dalam apakah yang kita lakukan setiap hari ini benar-benar esensial untuk menemukan diri sejati’ atau hanya sekedar rutinitas memenuhi ambisi kita mungkin berdalih dengan alasan hanya memenuhi kebutuhan hidup. Tapi coba kita merenung lagi, bukankah kebutuhan hidup yang tidak bisa dihindari ini adalah konsekuensi keinginan kita di masa lalu? Kita punya kebutuhan’ membayar cicilan, itu karena keinginan’ kita di masa sebelumnya. Kita perlu’ menjaga dan mengembangkan perusahaan, itu karena ambisi kita di masa lalu. Ini tidak salah tapi kita tidak bisa lari dari konsekuensi. Kita hanya perlu melihat kehidupan kita dari sudut pandang yang lebih baik renungkan hari ini saat kita mulai terbangun di pagi hari. Seberapa sering kita merenungkan keinginan untuk menemukan diri sejati’. Atau jangan-jangan keinginan itu sudah hilang dan tergantikan oleh banyaknya pekerjaan serta ribetnya urus ini dan itu. Tiap bangun pagi, kita sibuk ngecek handphone, lihat orang update status tentang apa, lihat perkembangan politik dan ekonomi dunia seperti apa. Tiap bangun pagi kita langsung berpikir apa-apa saja yang akan kita kerjakan hari ini dan target apa yang harus kita capai. Lagi-lagi, ini tidaklah semuanya salah, tapi apa benar kita mau melakukan itu sepanjang hidup kita? Apakah benar kita tidak ingin menemukan diri sejati’ kita sebelum kita mati?Coba renungkan aktivitas harian kita saat kita terbangun di pagi hari. Seberapa sering kita mempraktikan perenungan dan pencarian tentang diri sejati’ kita secara sungguh-sungguh. Seberapa sering kita memohon kepada Tuhan agar menolong kita keluar dari keterikatan ilusi duniawi kita. Seberapa sering kita berpasrah’ kepada Tuhan agar kita diberi kecukupan, kebebasan, kedamaian dan sungguh, kita tidak sering melakukannya karena kita merasa mampu berdiri di atas kaki sendiri. Kita merasa adalah bagian dari situasi dunia, yang harus ikut membuat perubahan dan berlomba-lomba mencapai setiap keinginan kita. Kita merasa adalah bagian dari tempat yang kita tinggali. Kita merasa adalah bagian dari waktu, keadaan, personalitas, dan persoalan-persoalan di sekitar kita. Inilah yang dikatakan guru-guru sejati yang membuat kita lupa akan diri sejati’ kita. Mereka mengatakan,’diri sejati’ itu sudah ada di dalam diri kita, sudah ada sejak lahir dan akan selalu ada. Pertanyaanya, apa yang sudah kita lakukan untuk membuktikannya?Saat kita khawatir, kita menjauh dari pencarian diri sejati’ ini. Meskipun kita percaya bahwa kita memiliki sesuatu untuk dikhawatirkan. Dan hal itu mungkin sangat penting bagi kita tapi kalau kita lihat dari sudut pandang yang lebih tinggi hal itu sama sekali tidak perlu dikhawatirkan. Sama sekali tidak perlu dikhawatirkan. Tidak peduli bagaimana bentuk kekhawatiran itu muncul tapi sadarilah bahwa sesuatu yang membuat kita khawatir itu adalah sebentuk penampilan dari fenomena dunia yang akan merusak konsentrasi kita dalam pencarian diri sejati’. Bukan berarti kita tidak peduli hal-hal yang mengkhawatirkan di sekitar kita melainkan kita harus mampu melihat darimana sumber kekhawatiran itu dan untuk apa kekhawatiran itu datang, dan siapa sesungguhnya yang sedang mengalami kekhawatiran itu. Jangan-jangan itu hanyalah pikiran kita saja sementara dalam realitasnya tidaklah kita memiliki rasa takut, ketakutan dalam bentuk apapun, lagi-lagi kita menjauhkan diri dari pencarian diri sejati’ kita. Tetapi sebenarnya, apa sih yang kita takuti sementara kesadaran akan diri sejati’ ada di dalam diri atas sudah disebutkan bahwa manakala kita sadar akan diri sejati kita, kita akan selalu dijaga oleh Tuhan. Kita tidak akan dibiarkan menderita. Kita tidak akan dibiarkan dalam kegelisahan, kecemasan, kepanikan, kebingungan dan keraguan. Melainkan kita akan dianugerahkan kesadaran, kedamaian, ketenangan, kebahagian, keyakinan dan keimanan. Tidak ada yang lain lagi. Kitab suci mengatakan, “Saat kita aman dalam hidup, maka saat itulah kita dalam perlindungan Tuhan”.Oleh karena itu, hati-hatilah dengan pikiran kita sendiri yang sering ber-manuver menyebabkan rasa gelisah dan takut serta salah paham terhadap berbagai aspek dari kehidupan kita. Baik dan buruk adalah seperti dua sisi yang berbeda dari satu koin yang demikian, kita tidak perlu mencoba untuk merubah sikap buruk manusia menjadi sikap baik darinya. Kita hanya perlu melampaui keduanya. Sebab baik dan buruk itu tergantung dari sudut pandang mana kita melihat. Sudut pandang di mana tempat kita melihat dan menilai datang dari isi pikiran kita pikiran kita sendiri tidak dapat menjadi sebuah ukuran kebenaran dalam menilai, kecuali pikiran kita dibimbing oleh diri sejati’ yang sudah hadir dan aktif dalam diri kita. Tidak ada yang salah dalam setiap episode kehidupan kita. Terkadang, kita harus mengalami baik dan buruk suatu keadaan, sengsara dan gembira suatu peristiwa, salah dan benar dalam bersikap, semua itu justru untuk memperkuat otot-otot hidup kita agar kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran darinya, sehingga makin hari kualitas hidup kita makin bagi dari sudut pandang kesadaran diri sejati. []
Setiap orang yang menapaki jalan Spiritual, mempelajari ilmu spiritual, tentunya sudah pernah mendengar mengenai Guru Sejati. Guru sejati adalah seseorang yang akan memberikan sebuah metode atau ilmu sejati yang membuat kita bisa memahami diri kita sendiri. Guru sejati adalah mereka yang sudah paham kemana arah tujuan hidup ini dan memberikan pengalamannya kepada kita semua agar kita juga bisa melangkah ke tujuan sejati tersebut. Dalam ilmu spiritual energi yang saya pelajari, arti dari guru sejati sangat berbeda, guru sejati tidak merujuk kepada manusia, atau mahluk gaib / ascendant master yang tinggal di frekuensi yang lebih tinggi dibanding kita, bukan juga merujuk kepada malaikat/angel. Guru sjeati menurut ilmu energi spiritual nusantara adalah Percikan Cahaya Tuhan yang ada di dalam diri kita. Di dalam setiap mahluk ciptaan, ada yang menyebut sebagai dzat inti hidup. Dzat ini adalah dzat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada kita. Inilah yang disebut sebagai nyawa, sebuah baterai energi yang bisa menghidupkan sistem tubuh kita, pada kehidupan kita di dunia ini. Menurut ilmu spiritual berbasis energi ilmu energi spiritual nusantara yang saya pelajari ini, orang yang memberikan metode atau yang menghantarkan sampai ke pada pertemuan dengan Percikan Cahaya Tuhan yang ada di dalam diri manusia guru sejati disebut sebagai fasilitator. Seorang fasilitator tugasnya hanyalah mengantarkan saja, semua pelajaran mengenai keilmuan dan kehidupan akan diberikan langsung oleh sang Guru Sejati. Terkadang ada banyak perguruan atau organisasi/lembaga yang memberikan ilmu spiritual yang nantinya juga membawa kepada perjumpaan kepada guru sejati Percikan Cahaya Tuhan yang ada di dalam diri . Pemberian ilmu spiritual ini sendiri membutuhkan tingkatan/level dan waktu yang berjenjang. Yang biasanya terjadi, waktu dan tahapan yang dibutuhkan sangatlah panjang. Butuh waktu dan keberuntungan untuk bisa menapaki semua levelnya, dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut. Bisa jadi ketika ilmu spiritual tersebut hadir di dunia, memang itu yang diperlukan dan cocok bagi masyarakat pada saat/zaman itu. Keadaan bumi saat ini membuat alam semesta memberikan jalan, sehingga tingkatan ilmu spiritual yang panjang tersebut menjadi lebih pendek durasinya, dan jika sebelumnya, mereka yang memeiliki bakat spiritual bisa memiliki keberuntungan sehingga jalan menuju puncak keilmuan menjadi mudah, maka saat ini tidak hanya mereka yang memiliki bakat saja yang bisa, mereka yang tidak/belum nampak bakatnya bisa segera menuju puncak keilmuan, bisa segera bertemu dengan guru sejati yang ada di dalam dirinya sendiri. Ilmu energi spiritual nusantara akan bisa menjadi sarana bagi anda yang ingin lebih cepat bertemu/tersambung dengan guru sejati. Dengan tehnik C* , setiap peserta akan memiliki bakat spiritual dan setelah nya akan menjadi lebih mudah disambungkan dengan guru sejati ini. Bagaimana tahapan bertemu/tersambung dnegan guru sejati? Anda bisa membaca artikel saya yang berjudul Saya selaku fasilitator hanya akan menjadi teman sharing saja, hanya akan mengantarkan anda saja sampai bertemu dan tersambung dnegan guru sejati ini. Yang akan menjawab segala pertanyaan adalah guru sejati, yang mengajarkan tingkat keilmuan yang lebih tinggi hanyalah guru sejati. Yang akan memberikan bantuan juga, hanyalah guru sejati ini. Sebagai fasilitator, saya hanya sebagai teman sharing, memberikan masukan dan sharing mengenai pengalaman. Menurut formulator ilmu spiritual berbasis energi ilmu energi spiritual nusantara ini, memang diformulasikan seperti ini, karena keprihatinannya melihat banyak orang terjebak dengan pengkultusan sosok manusia yang sebenarnya hanya menjadi fasilitator, yang menghubungkan sampai kepada guru sejati. Banyak orang yang seolah olah tanpa disadari lebih mementingkan sosok manusia ini daripada Tuhan itu sendiri. Jika anda berhasil dan berjodoh dengan ilmu spiritual ini, maka nantinya Navigator kehidupan istilah saya sendiri merujuk kepada sang guru akan langsung mengajarkan perbendaharaan ilmu yang begitu luar biasa, guru sejati akan memberikan pemahaman kepada kita, dan jawaban dari sang guru sejati akan seolah olah tiba tiba sudah ada di otak kita, dan kita bisa paham dengan apa yang kita tanyakan, tiba tiba kita akan dibimbing untuk sampai pada sebuah tempat atau kejadian, ini adalah cara, dari sang guru sejati untuk bisa membuat kita paham. Pengalaman ini sangatlah luar biasa sekali. Hubungan yang interaktif dengan sang guru sejati akan bisa kita dapatkan. Dimana kita bertanya, maka dia menjawab, saat otak kita tidak paham, maka dia akan menjelaskan, bisa secara langsung ataupun lewat kejadian dan peristiwa. Sungguh sangat menyenangkan. Suatu saaat yang lalu saya pernah membaca sebuah kalimat suci, Awaludin Makrifatullah”………. Saya memahaminya sebagai awal dari segala sesuatu adalah perkenalan dengan Allah Swt. Kenali Tuhan Yang maha Esa yang sedikit Dzatnya ada di dalam diri kita, kita kenali sebagai Percikan Cahaya Tuhan di dalam diri. Maka Dzatnya ini akan membawa kita langsung kepadaNya, Sang Maha Esa. Jika anda adalah pencari kebenaran sejati, yang mencari jalan paling cepat dan tepat untuk bisa terhubung dengan Guru Sejati yang ada di dalam diri anda sendiri, maka anda bisa mengikuti program saya berikut ini ProgramPengembangan Diri untuk Kesuksesan Hidup Workshop Energi Spiritual Nusantara About Erlangga Asvi
cara menemukan guru sejati dalam diri